Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Satu Bulan Satu Buku

Satu hal yang bikin saya sedih akhir-akhir ini adalah saya jarang sekali membaca buku-selain buku kuliah. Jangankan mau baca satu bulan satu buku, buat beli buku aja kadang waktunya enggak ada. Sejak saya kecil, saya memang hobi sekali baca buku. Saking sukanya membaca, sebelum saya sekolah taman kanak-kanak, saya sudah lancar membaca. Sebenarnya kebiasaan membaca buku ini ‘ditularkan’ oleh ayah dan ibu. Kebetulan, ayah dan ibu memang suka sekali membaca. Ternyata kebiasaan ini terbawa sampai saya SMA. Saya masih ingat, dulu kalau ayah dan ibu menjenguk saya di asrama biasanya ayah akan bertanya “mbak icah mau beli jajan di supermarket X gak, nak?” tapi saya selalu bilang “mbak icah mau dibeliin buku aja yah. mau dianter ke gramedia aja.” Sejak saat itu ayah enggak cuma nanya mau beli jajan apa tapi juga nanya mau beli buku apa. Dulu saat SMA, buku yang paling banyak saya beli adalah buku kumpulan rumus dan latihan soal fisika. Soalnya dulu saya langganan remedial. Se

Ramadhan Inspiratif

Jadi ceritanya saya abis baca-baca tumblr , terus nemu postingan yang mengajak untuk ikutan proyek kebahagiaan menulis 30 hari #RamadhanInspiratif gagasan teman-teman Salman ITB. Walaupun saya udah telat dua hari sih sebenernya hehe. Tapi saya tetep excited pengen ikutan. Selain karena memang hobi saya adalah menulis. Barangkali dengan mengikuti proyek ini, saya juga bisa berbagi kebaikan melalui tulisan saya. Mudah-mudahan tulisan saya bernilai pahala. Sejujurnya saya enggak punya target tertentu sih. Saya enggak muluk-muluk mau posting tulisan yang banyak dan panjang. Saya hanya ingin menulis tentang kebaikan semampu diri saya. Mudah-mudahan saya bisa istiqomah sampai akhir ramadhan. Semangat icah! *nyemangatin diri sendiri wkwk*

Cerpen : Dari Nona Kepada Tuan

“Kamu jahat banget loh. Kamu tau gak dia itu serius sama kamu, tadi aja yang dia omongin cuman tentang kamu. Dia beneran suka sama kamu.” Ia merebahkan diri diatas kasur. Kata-kata itu berputar-putar di pikirannya. Mencoba memejamkan mata. Tidak bisa tidur. Ia membuka mata kembali. Menatap kosong langit-langit kamar. Air-air tak jelas mulai tertahan pada binar matanya. Kemudian tumpah. Ada perasaan bersalah menyelimuti hatinya. Lalu ia berkata kepada diri sendiri. Mau sampai kapan membohongi perasaan sendiri? Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Buru-buru ia hapus air matanya lalu menuju kamar mandi untuk berwudhu. Tiga rakaat salat witir dan satu juz bacaan qur’an berhasil ia khatamkan hari itu. “Alhamdulillah.... “ gumamnya dalam hati. Namun, perasaan itu tidak hilang. Perasaan tidak nyaman itu masih ada. “Aku harus nulis...” pikirnya. Kemudian diambilnya buku coklat gading kesayangannya. Ia pun mulai menulis. “Assalamualaikum, tuan. Apa kabarnya? Semoga kamu sel

Belum Saatnya Berhenti

Seandainya kau tau bahwa Kau sungguh berharga Kau bisa jadi apa saja Asal kau berupaya Seandainya kau tau apa Doa ayah dan bunda Tak mungkin sampai engkau tega Mematahkan isinya Teruslah bergerak Hingga rasa lelah Sendiri kelelahan Mengikutimu Sebab nanti suatu hari Kau akan tersenyum setiap pagi Menikmati jerih diri Dan segala yang telah kau lalui Sebab nanti suatu hari Kau punya cerita tuk dibagi Tentang mimpi yang tak pasti Namun kau membuatnya terjadi Belum saatnya berhenti Ayo terus mendaki Sudah tak jauh lagi kini Ayo terus dekati Seandainya kau tau apa Di balik gunung sana Terhampar padang bunga-bunga Kau akan bahagia Seandainya kau tau bahwa Anak-anakmu kelak Inginkan sebuah cerita Pahlawan di hidupnya Teruslah bergerak Hingga rasa lelah Sendiri kelelahan Mengikutimu Belum saatnya berhenti Ayo terus mendaki Sudah tak jauh lagi kini Ayo terus dekati semua mimpi