Belajar dari Novel Baswedan

Sejujurnya, saya baru mengetahui Bapak Novel Baswedan selama 4 bulan terakhir. Tepatnya, saat beliau diberitakan diteror oleh orang tak dikenal dengan cara disiram menggunakan air keras. Lalu, secara tidak sengaja, dua minggu yang lalu saya menonton wawancara eksklusif beliau yang ditayangkan di salah satu stasiun TV Nasional.

Topik yang dibahas pada acara itu adalah tentang keberlanjutan penanganan kasus teror yang menimpa beliau pada 11 April silam. Masalahnya, sudah hampir 4 bulan namun pelaku teror tersebut masih belum ditemukan. Kalau dinalar pakai logika, jelas ada yang gak masuk akal. Lha wong kasus pembunuhan yang menimpa satu keluarga saja bisa ditangani dalam waktu kurang dari 6 jam, masa untuk kasus sesepele ini bisa sampai memakan waktu hampir 4 bulan ?

Kok saya berasa orang yang ngerti prosedur hukum banget ya ? Haha. Padahal, latar belakang pendidikan saya bukan ilmu hukum. Tapi, bener kan pendapat saya diatas ? Kalau kamu gak sependapat dengan saya, gak apa-apa kok. Walaupun kita berbeda pendapat, tapi kita tetap berteman, kan? :)

Bapak Novel Baswedan yang merupakan Penyidik senior KPK ini ternyata memang sudah berkali-kali mengalami peneroran. Gimana gak diteror? Secara kasus korupsi yang beliau tangani selama ini adalah kasus korupsi yang melibatkan petinggi-petinggi negara dengan nominal yang fantastis. Dan yang pasti kita ketahui bersama, saat ini beliau juga sedang ditugasi untuk mengusut kasus mega korupsi e-KTP yang nominalnya mencapai 2,3 triliun rupiah.

Yuk, kita tinggalin dulu kasus korupsi yang sedang beliau tangani, karena sebenarnya hal yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini adalah tentang pesan moral yang dapat kita pelajari bersama dari seorang Novel Baswedan. Jadi, saat wawancara eksklusif itu berlangsung, ada kata-kata yang terlontar dari beliau yang berhasil membuat saya terkagum-kagum dengan sosok beliau.

“Sebagai seorang aparatur negara, saya punya kewajiban bekerja dengan sungguh-sungguh. Soal kemudian ada orang lain yang melakukan kewajiban atau tidak. Itu urusan dia. Bagi saya, saya berbuat melakukan kewajiban, setelah itu, ya selesai.”

Dari pernyataan beliau, saya yakin bahwa beliau adalah sosok aparatur negara yang amanah dan sangat bertanggung jawab. Saya rasa, sudah sedikit sekali orang seperti beliau di negeri ini. Apalagi, akhir-akhir ini banyak sekali media yang memberitakan pejabat negara terlibat korupsi. Gak kebayang sih, gimana kabar Indonesia beberapa tahun kedepan, kalau banyak orang penting di negeri ini masih melakukan korupsi.

Kembali kepada sosok Novel Baswedan, yang meskipun telah mengalami peneroran berkali-kali – dan selamat berkali-kali juga dari teror yang menimpanya – beliau tidak pernah mundur barang sejengkal untuk memberantas korupsi di negeri ini. Saya salut sama Bapak !

Oh iya, setelah nonton wawancara eksklusif beliau, entah kenapa saya merasa bersyukur karena ternyata masih ada sosok aparatur negara seperti beliau di negeri ini. Dan karena sosok beliau juga, saya kembali tersadarkan bahwa yang tak boleh hilang dari diri kita adalah kejujuran. Karena kejujuran adalah milik kita yang paling berharga. Jangan lupa untuk selalu mengenakan baju kejujuran yah. Jangan takut untuk jujur, karena kejujuran akan selalu menang! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Kopi : Ambisi atau Hati

Belum Saatnya Berhenti