bagaimana jika


“Bagaimana perasaanmu jika ternyata ada orang yang diam-diam pernah atau bahkan sering menyebut namamu dalam setiap doanya?”

Pernah suatu masa, saya diam-diam menyebut nama seseorang di setiap doa-doa saya. Percaya atau tidak, dia-yang selalu saya doakan-belum pernah saya temui sama sekali. Lantas saya tahu dia dari mana? Hehe. Sebenernya saya mengenalnya melalui tulisan-tulisan di blog nya. Saya tidak ingat dengan pasti bagaimana saya bisa menemukan blognya, tapi yang saya tahu saya jatuh hati pada setiap kata yang ia tuliskan sedari mula saya membacanya.

Saya adalah pribadi yang penasaran dan suka ingin tahu. Jadi, diam-diam saya mencari sosial medianya mulai dari facebooknya sampai twitternya. Waktu itu, facebook dan twitter adalah yang paling banyak digunakan. Paling ngehitz kalau kata anak muda jaman sekarang. :D

Tahu semua sosial medianya tidak lantas membuat saya menambahkan ia sebagai teman di akun sosial media saya. Kenapa? Karena waktu itu saya berfikir, percuma juga saya add dia, dia ndak akan konfirmasi juga, orang kita ndak saling kenal. Hehe. Pesimis banget.

Entah bagaimana ceritanya, semenjak menemukan dia dan juga tulisannya, saya jadi sering sekali membuka blog nya, hanya karena ingin tahu apa yang ia tuliskan hari ini dan tentu saja untuk membaca tulisan-tulisannya berulang kali. Saya ketagihan, saya ndak tau, tapi bagi saya tulisannya menenangkan. Dari tulisannya saya seolah-olah merasa pernah bertemu dan telah mengenalnya. Saya bahkan pernah berpikir, wah pasti dia ini pribadi yang tenang dan baik. Karena bagi saya tulisan adalah cerminan diri dari yang menuliskan.

Kebiasaan ini saya lakukan selama kurang lebih 2,5 tahun. Lama sekali, bukan? Dan selama 2,5 tahun ini pula saya tidak pernah berhenti menyebut namanya disetiap sebelum aamiin dalam doa-doa saya. Tapi, saya tidak pernah berani meminta kepada Tuhan agar ia kelak menjadi pendamping hidup saya. Karena saya tidak punya wewenang untuk memaksa Tuhan menjadikan dia menjadi jodoh saya. Saya tidak ingin merasa sok tahu bahwa dia adalah yang terbaik untuk saya. Saya hanya memohon agar dia selalu dalam lindungan-Nya.

Saya menyadari bahwa tulisan-tulisannya pelan-pelan mengubah hidup saya-cara pandang, perilaku dan juga karakter saya. Sedikit cerita, saat di awal kuliah saya sempat merasakan sedikit sekali memiliki teman. Hal ini disebabkan karena sifat saya yang keras, cuek dan asal dalam berbicara. Sebagian teman-teman saya di kampus tidak dapat menerima sifat-sifat ini, karena mayoritas teman-teman saya adalah orang jawa yang karakternya halus dan lembut. Situasi ini memaksa saya-sebagai kaum minoritas-untuk mau tidak mau belajar dan berprilaku sesuai dengan adat orang jawa.

Saya berusaha untuk merendahkan intonasi saat sedang berbicara, agar tidak membuat orang lain sebal dan dongkol dengan saya. Saya belajar berkata yang lembut dan baik, agar teman-teman saya tidak sakit hati dengan apa-apa yang saya katakan. Dan voila! Lingkungan saya sedikit demi sedikit dapat menerima perubahan ini. Saya (merasa) lebih disukai oleh teman-teman :D.

Percaya atau tidak, saya mempelajari ini semua (baca: sifat dan pembawaan yang tenang dan santun) dari tulisan dia. Kata orang, pribadi seseorang dapat ditentukan oleh dua hal : apa yang kita baca dan siapa orang-orang yang berada di sekitar kita. Saya sepakat. Dari tulisan dia saya banyak sekali belajar tentang berprilaku yang baik, memang dia tidak secara tersurat menuliskan untuk berprilaku baik, tapi makna dari tulisan-tulisannya mengajarkan saya untuk menjadi demikian.

Lalu yang kedua mengenai siapa orang-orang yang berada di sekitar kita. Teman-teman saya di kampus, dosen, ibu kantin, mas-mas potokopian langganan serta ibu-ibu yang berjualan nasi rames yang sering saya temui juga punya andil dalam perubahan karakter saya. Terimakasih banyak-banyak kepada kalian yang secara tidak sadar telah membuat saya seperti saat ini :D.  

Saya yang sekarang lebih sopan dalam berbicara, lembut dalam bertutur dan menimbang-menimbang ketika ingin menyampaikan sesuatu-takut menyakiti perasaan orang lain soalnya. Hehe.

Dan kembali kepada dia-yang tidak saya bisa sebutkan namanya. Terimakasih sekali. Tulisan-tulisanmu adalah salah satu penyebab utama saya menjadi seperti saat ini. J

Melalui tulisan ini, saya juga ingin (kembali) mendoakan kamu. Semoga kamu disana selalu sehat, bahagia, semangat dan bersyukur. Aamiin.

Dan sebagai akhir dari tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa jangan lupa untuk berbuat baik, dimanapun dan apapun medianya. Karena kita tidak akan pernah tahu, apa yang kita lakukan dan atau yang kita tuliskan membuat seseorang dengan ikhlas mendoakan segala kebaikan untuk kita. Dan hey! Boleh jadi kita yang sekarang adalah berkat doa-doa mereka yang mungkin saja kita tidak kenal.

Tetap semangat menebar kebaikan di muka bumi ini yah!

Salam hangat,
April

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Kopi : Ambisi atau Hati

Belum Saatnya Berhenti